Senin, 15 Desember 2014

METAl FORMING

         DEFINISI  

            pembentukan (forming) adalah proses mengubah bentuk logam dengan suatu gaya pada arah tertentu tanpa menyisakan serpih

            pembentukan tergantung pada sifat plasticity (plastisitas), yakni kemampuan mengalir sebagai padatan tanpa merusak sifat-sifatnya.
Kelebihannya:
nkarena padatan, maka tidak perlu perangkat pembawa cairan
ntidak ada kompleksitas pemadatan.
nDibanding dengan proses pemesinan, proses pembentukan menghasilkan sekrap yang lebih sedikit.
Kekurangannya:
ngaya yang diperlukan tinggi,
nmesin dan perkakas mahal,
nsebagai konsekuensi dari kedua hal tersebut maka harus dalam produksi besar

Variabel Proses Pembentukan
nVariabel Bebas: di mana insinyur dapat mengontrol langsung dan variable-veraiabel tersebut biasnaya                 dipilih atau ditentukan ketika proses set-up
nVariabel Tak Bebas adalah konsekuensi dari pilihan variable bebas

Variabel Bebas :
 1.Material permukaan: sifat kimia dan persyaratan sifat dan karakteristik bahan. Dasar pemilihan: kemudahan fabrikasi, dibatasi oleh sifat produk yang diinginkan.
2.Geometri mula dari benda kerja; dipilih dari varitas bentuk yang ada atas pertimbangan ekonomi
3.Geometri perkakas / cetakan; sangat berpengaruh karena system perkakas akan memproduksi dan mengontrol aliran logam
4. Pelumasan; 50% daya yang diberikan untuk mengatasi gesekan
 Fungsi pelumas: melumasi, pendingin, pembatas panas, pencegah korosi, senyawa pemusnah
 Yang perlu diperhatikan: tipe pelumas, jumlah yang harus diberikan, dan metode pemberian
5.Suhu permukaan baik untuk benda kerja dan perkakas
6.Kecepatan operasi: mempengaruhi efektivitas pelumas, gaya yang diperluakn untuk operasi, waktu tersedia untuk pndah panas
7.Jumlah deformasi

Variabel Tak Bebas :
1.Gaya/ daya yang diperlukan
2.Sifat material produk; perhatian konsumen pada bentuk dan sifat material akhir sehingga perencana harus oandai memilih material awal dan memprediksi pengaruh proses dalam mengubah sifat tersebut.
3.Exit / final temperature
4.Surface finish (permuakaan akhir) dan kehalusan
5.Sifat aliran bahan

PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI

SEJARAH DAN PENGERTIAN TEKNIK INDUSTRI
SEJARAH TEKNIK INDUSTRI
Perkembangan ilmu pengetahuan tidak berlangsung se­cara mendadak, melainkan terjadi secara bertahap, di­mana para ilmuwan memberikan sumbangan menurut kenampuannya. Penemuan-penemuan yang dilakukan oleh ma­nusiasia tidak terpusat melainkan menyebar dari Babylonia, Mesir, Cina, India, Irak, Yunani hingga ke daratan Eropa. Hal ini mem­buktikan bahwa manusia dihadapkan pada tantangan yang me­macu daya kreativitasnya.
Kapan profesi teknik industri lahir? Teknik Industri lahir se­jak persoalan produksi, sejak manusia harus mewujudkan sesuatu untuk memenuhi keperluan hidupnya. Persoalan produksi mun­cul pada zaman Pra-Yunani kuno, saat manusia menggunakan batu sebagai peralatannya. Pada masa itu manusia menggunakan batu untuk peralatan bekerja, sebagai alat pemotong atau pem­belah. Alat seperti jarum yang digunakan untuk menjahit, terbuat dari tulang. Alat-alat yang digunakan mengalami perubahan se­cara terus-menerus dangan cara coba-coba dan manusia melaku­kan seleksi alat yang sesuai untuk keperluan kerja. Perbaikan-perbaikan ini tidak lain hanya untuk meningkatkan produktivitas pada persoalan produksi dan ini terjadi sampai saat ini. Meskipun konsep teknik industri sudah muncul pada zaman Pra-yunani kuno, namun disiplin Teknik Industri berakar kuat pada masa Revolusi Industri (1750-an). Disiplin ini pada awalnya dikembang­kan oleh beberapa individu yang berusaha mencari mengem­bangkan prinsip-prinsip organisasi dan manajemen produksi tingkat lanjut. Revolusi Industri yang terjadi di Inggris dianggap sebagai era modern disiplin teknik industri. Revolusi Industri te­lah mengubah secara dramatis proses manufaktur dan membantu lahirnya konsep-konsep ilmu pengetahuan di kemudian hari. Ino­vasi teknologi yang terjadi pada waktu itu ditujukan untuk mem­bantu dalam mekanisasi beberapa operasional manual tradisional pada industri tekstil. Beberapa penemuan teknologi pada masa revolusi industri dapat disebutkan, antara lain penemuan mesin pintal yang dilakukan oleh James Hargreaves (1765), pengem­bangan water frame oleh Richard Arkweight (1769), dan mungkin salah satu inovasi terpenting pada masa revolusi industri adalah ditemukannya mesin uap oleh James Watt. Hasil inovasi Watt di­percaya akan memberikan somber tenaga lebih murah, biaya dan harga produksi lebih rendah dan mampu memperluas pasar.
Revolusi industri juga melahirkan penemuan-penemuan baru di bidang kelistrikan. Misalnya Samuel Morseyang berjasa dalam pengembangan pesawat telegram (1840), penemuan bola lampu oleh Thomas Alfa Edison (1880) yang merupakan awal digunakannya listrik untuk penerangan. Dan berturut-turut dikembangkannya teknologi pembangkit dan transmisi listrik.
Penemuan-penemuan tersebut di atas merupakan bagian Sari sejarah panjang munculnya disiplin teknik industri, dilihat dan sisi pengembangan aspek teknologi. Di sisi lain berkembang pula pengembangan konsep-konsep yang ditujukan untuk mencari proses kerja yang efektif dan efisien dari aspek manusia dan metode kerja. Beberapa nama dapat disebutkan antara lain Adam Smith, Charles babbage, henry towne, Frederick w ttaylor, dan sebagainya.
Adam Smith (the wealth of nations, 1776) mengemukakan konsep perancangan proses produksi untuk meningkatkan efisien­si penggunaan tenaga-tenaga kerja, yang menekankan pentingnya spesialisasi. Disiplin ini akhirnya berkembang untuk memenuhi kebutuhan tenaga ahli dan terampil dalam hal perencanaan, pengorganisasian, pengoperasian serta pengendalian suatu sistem produksi yang luas dan kompleks. Kebutuhan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas merupakan pendorongberdirinya disiplin Teknik Industri.
Demikian pula Charles Babbage sebagai seorang pendahulu dalam pengembangan konsep teknik industri mengemukakan perlunya pembagian kerja untuk meningkatkan produktivitas dalam bukunya on economy of machinery and manufacrurers 1832. Dangan pembagian kerja (sesuai dangan specialisasinya) pekerjaan akan menjadi lebih sederhana, hemat waktu dan biaya.
Dada tahun 1886, Henry Towne mengemukakan pentingnya para insiyur memperhatikan unsur profitabilitas dari keputusan yang diambil dalam tulisannya The Engineers as Economist yang dimuat  pada ‘Transactions of the American Society of Mehcanical Englneers.  Towne menekankan pada pentingnya ilmu ekonomi untuk para engineer dalam mengambil keputusan.
Fredanc W. Taylor merupakan anggota dari The AmericanSociety of Mechanical Engineers (ASME) dikenal sebagai bapak teknik industry. Konsep-konsepnya banyak dipengaruhi oleh
Towne tahun 1874. Taylor bekerja di perusahaan hidrolik
yang mekanik. Sembilan tahun kemudian menikah dan menerima gelar sarjana Teknik Mesin dari Stevens Institute, kemudian dipromosikan menjadi kepala teknik pada pabrik di Amerika. Usaha-usahanya pada perusahaan baja mem­bawa pemikiran apa yang dikenal sebagai `Scientific Mana­gement. Di sini bidang engineering harus ikut bertanggung jawab terhadap hal-hal yang menyangkut perancangan, pengukuran, pe­rencanaan, penjadualan maupun pengendalian kerja. Pada tahun 1881, Taylor melakukan studi tentang pemotongan baja selama 25 tahun dan dipublikasikan di Transaction of The American Society of .’Mechanical Engineers pada tahun 1907 yang merupakan paper terpanjang.
Selanjutnya di Bethlehem Steel, Taylor melakukan analisis tentang percobaan penyekopan untuk mengangkat biji batubara dan biji besi. Satu skop penuh untuk biji batu bara beratnya hanya 3,5 pound. Sedangkan satu skop penuh biji besi beratnya 38 pound. Dari kasus ini, Taylor menyimpulkan bahwa jenis skop yang sama tidak cocok digunakan untuk semua pekerjaan. Untuk itu Taylor menugaskan dua orang untuk melakukan pekerjaan pe­nyekopan dangan ukuran skop yang bervariasi dari yang ber­kapasitas kecil sampai besar. Setelah melakukan beberapa eks­perimen dia temukan bahwa skop dangan kapasitas 21,5 pounds merupakan bobot yang ideal. Produktivitas penyekopan dapat di­tingkatkan secara dramatis sehingga dalam periode 3,5 tahun jumlah pekerja penyekopon dapat dikurangi dari 500 menjadi 140 tenaga kerja.
Hasil penelitian yang lainnya dari Taylor adalah penentuan metode untuk pengaturan jam kerja yang optimum. Pada pene­litian ini Taylor melakukan pemindahan besi gumbal untuk me­nentukan metode pemindahan, kecepatan, waktu kerja dan waktu istirahat optimal. Sebelum melakukan penelitian Taylor memilih pekeria dan diberi pengarahan yang intinya bahwa penelitian yang dilakukan bukan untuk mengukur kekuatan maksimum pekeria, tetapi untuk mengetahui seberapa besar tenaga yang dikeluarkan oleh seorang pekerja agar dapat member hasil yang sebesar-besarnya. Sebelum dilakukan penelitian pekeria yang dipilih dilatih terlebih dahulu agar mempunyai keseragaman dalam melakukan pekerjaan. Hasil penelitian menyebutkan bahwa pekerjaan sangat dipengaruhi oleh lamanya waktu bekerja, lama­nya waktu istirahat, dan frekuensi istirahat. Analisis spesifikasi dan kebutuhan kerja yang dikembangkannya dikenal sebagai Work Assign or Method Study. Taylor juga dikenal sebagai pe­iopor aktivitas yang sekarang dikenal dangan pengukuran kerja. AktAitas ini ditekankan pada penentuan waktu baku dangan menggunakan jam henti bagi seorang pekerja yang melakukan pekerjaan. Studi yang dilakukan Taylor pada dasarnya ditekankan pada peningkatan efisiensi yang diterapkan pada tiap bagian. Peningkatan efisiensi pekerjaan manual di tiap bagian dilakukan dangan mengeliminir gerakan yang tidak bermanfat, gerakan yang lambat dan gerakan yang mengganggu. Pekerjaan mekanik ditingkatkan dangan memanfaatkan peralatan bantu seperti jigs dan fixture. Sistem yang dikembangkan Taylor dalam upaya peningkatan efisiensi kerja difokuskan pada perbaikan metode kerja, mengurangi waktu kerja dan mengembangkan standar kerja. Pada sisi lain, ide Taylor mengenai peningkatan efisiensi dan produktivitas di atas tidak lepas dari perasaan khawatir, bahkan timbul kecaman dari perkumpulan tenaga kerja Amerika yang menilai pendapat Taylor tersebut sebagai rencana serius untuk mengurangi keterlibatan manusia yang digantikan dangan mesin.
Tokoh Teknik Industri lainnya adalah Frank B. Gilbreth yang lahir di Maine Fairfield 7 Juli 1868. Beliau memperkenalkan analisis gerakan yang disebut Micromotion Studies pada per­temuan American Society of Mechanical Englneers (ASME). Pada mulanya ia adalah seorang kontraktor bangunan yang berhasil di Amerika Serikat. Bersama isterinya seorang Doktor di bi­dang psikologi, telah memperkuat peranan faktor manusia pada konsep Teknik Industri. Gllbreth sangat berjasa dalam usaha memberi landasan untuk mengidan tifikasi dan menganalisis gerakan-gerakan dasar manusia pada seat melakukan kerja ma­nual. Selain itu, Gllbreth banyak sekli memberi kesadaran bagi manajemen arti pentingnya penyederhanaan di dalam perancang­an, cara lain prosedur kerja guna memperoleh cara kerja yang efektif din efisien. Berbeda dangan Tayior yang lebih fokus pada aspek waktu, Gilberth lebih menekankan pada aspek metode kerja.
Salah satu penelitian yang dilakukan Gilberth didasari atas apa yang dilihatnya bahwa dalam proses pembangunan, gerakan yang dilakukan para tukang batu sangat tidak efektif. Untuk itu dia mengajukan konsep tentang gerakan-gerakan dasar yang di­lakukan manusia dalam bekerja. Prosedur yang dilakukan adalah dangan membagi pekerjaaan menjadi elemen-elemen gerakan dasar. Dalam penelitian tentang pemasangan batu bata pada pe­kerjaan bangunan, Gilberth membuat analisis tentang gerakan­-gerakan yang dilakukan pekerja, dan konsep yang diajukan akan memberikan pengurangan jumlah gerakan dari 18 menjadi 5. Sebelum ini, tukang bata dalam kondisi normal hanya dapat me­masang 120 batu bata per jam per orang. Hasil inovasi Gilberth inemberikan tingkat rata-rata pemasangan sebanyak 350 bata bata per jam per pekerja. Tingkat kenaikan ini tidak diperoleh dangan mempercepat waktu pengerjaan, melainkan dangan metode yang iebih efektif. Secara tradisional, cara pesangan bata bata dan pengambilan batu Bata sering tidak konsisten. Pemasangan batu Bata dangan pengambilan batu bata memaksa pekerja harus membungkukkan badan dan memutar batu Bata untuk mencari sisi !erbaik. Batu bata ditempatkan pada kotak di mana tangga untuk menempatkan kotak realitif tidak dapat disesuaikan, berbeda hal­nya dangan usulan Gilberth di mana batu Bata dibawa ke suatu tempat yang disusun rapi yang kesemuanya saling bersentuhan, pada suatu palet. Beliau mempertimbangkan bahwa pengambilan satu batu bata akan diganti posisinya dangan batu Bata yang lain, dangan cara satu dari dua bata didorong untuk menempati posisi batu bata yang terambil sebelumnya pekerja mengambil batu bata lagi. Gilbreth berharap bahwa kepala tukang batu bata dapat mengambil batu Bata dangan sangat efisien. Oleh karena itu, Beliau dapat meminimkan biaya tenaga kerja dalam menyusun batu bata dari sebuah palet. Dia kemudian menyediakan tangga yang dapat disesuaikan, lokasi yang tepat untuk batu bata dan adukan semen, dan hasil inovasi merupakan kemajuan yang pesat dalam hal produktivitas kerja.
Tokoh lain yang mengembangkan disiplin Teknik Industri ialah Henry Gantt yang mengembangkan prosedur penjadualan rencana kerja dangan menggunakan peta balok atau peta Gantt. .Ralph Barnes, Doctor Teknik Industri pertama dari Cornell Uni­ersity tahun 1933. Karya beliau adalah buku klasik yaitu Motion end Time Study. H. B. Maynard, G.J. Stegmerten dan S.M Loury (1927) menulis buku Motion and Time Study dan menekankan pada pentingnya studi gerakan dan metode kerja yang baik. Pada tahun 1932, A.H, Mogensonmempublikasikan “Common Sense Applied to Time and Motion Study” menfokuskan pada konsep studi gerakan dangan pendekatan penyederhanaan kerja. Di sam­ping tokoh-tokoh  tersebut di atas masih banyak pelopor-pelopor yang dianggap berjasa dalam memberi landasan pengembangan Teknik Industri, seperti L.F. Alford, Arthur C Anderson, W. Edward Deming, Eugene L. Grant, Roberth Hoxle, Joseph Juran, titarvzn E. Mundel dan Walter She wart.




PENGERTIAN TEKNIK INDUSTRI
Pengertian Teknik Industri menurut IIE (Institute of Indus­trial Engineering) adalah industrial Engineering is concernd with the design, improvement and installation of integrated system of people, materials, information, equipment and ener­gy. It draw upon specialized knowledge and skill in the mathe­matical, physical, and social science together with the prin­siples and method of engineering analysis and design to specify, predict and evaluate the result to be obtained from such sys­tem.
Dari definisi tersebut di atas dapat ditarik beberapa hal
pokok sebagai berikut; Teknik industri adalah disiplin engi­neering/teknik bukan science dikarenakan Teknik Industri me­nangani pekerjaan-pekerjaan perancangan (design), perbaikan (lmpravemertt}, dan penginstalasian(Instalation) dan juga me­
nangani masalah manusianya. Bidang garapan Teknik Industri
adalah sistem integral yang terdiri dari manusia, material /bahan.,
informasi, peralatan, dan energi. Dangan definisi sistem integral tersebut, maka bidang garapan Teknik Industri semakin luas dan
di setiap segi kehidupan selalu dapat berperan. Dasar ke­ilmuan Teknik Industri lebih multidisiplin bila dibandingkan dengan disiplin teknik lainnya karena Teknik Industri tidak hanya bertumpu pada pads ilmu matematika dan fisika tetapi juga ilmu sosial dan, rnanajemen. Masuknya ilmu sosial karena Teknik Industri me­nangani masalah manusia dan ilmu manajemen yang digunakan sebagai alat untuk manajerialAnalisis manajemen dalam suatu industri haruslah didasarkan pada analisis dan proses peng­ambilan keputusan terhadap sistem integral.
Dan uraian tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa disiplin Teknik Industri akan memiliki kelebihan-kelebihan di dalam me­nangani persoalan-persoalan industri yang kompleks. Dangan penguasaan teknologi ataupun dasar-dasar engineering yang kuat dikombinasikan dengan pengetahuan ilmu-ilmu social, ekonomi maka ilmu Teknik Industri akan dapat mensintesiskan industry.
Aktivitas-aktivitas yang biasa digarap oleh disiplin teknik industry menurut American institute of industrial engineering (AIIE) adalah sebagai berikut:
  1. Perencanaan dan pemilihan metode-metode kerja yang efektif dan efisien dalam proses produksi.
  2. Pemilihan dan perancangan dari perkakas kerja serta peralatan sang dibutuhkan dalam proses produksi.
  3. Desain fasilitas pabrik, termasuk perencanaan tata letak fa­silitas produksi, peralatan pemindahan bahan dan fasilitas­tasilitas untuk penyimpanan bahan baku atau produk jadi.
  4. Desain dan perbaikan sistem perencanaan dan pengendalian antuk distribusi barang/jasa produksi, pengendalian persedia­an, pengendalian kualitas, dan reabilitas.
  5. Pengembangan sistem pengendalian ongkos produksi seperti pengendalian budget, analisis biaya dan standar biaya pro­duksi.
  6. Penelitian dan pengembangan produk.
  7. Desain dan pengembangan sistem pengukuran performasi serta standar kerja.
  8. Pengembangan dan penerapan sistem pengupahan dan pemberian insentif.
  9. Perencanaan dan pengembangan organisasi, prosedur kerja.
10.  Analisis lokasi dangan mempertimbangkan potensi pemasaran, sumber bahan baku, suplai tenaga kerja, dll.